RMOLBANTEN. Pasca pemeriksaan pasangan calon (Paslon) Walikota dan Wakil Walikota Tangsel di RSU Tangerang menjadi kritikan tersendiri bagi paslon.
Pemilihan RSU di Tangerang ini, karena Tangsel tidak mempunyai fasilitas yang memadai untuk menyelenggarakan tes kesehatan bagi para paslon, guna memenuhi tahapan KPU dalam Pilkada Tangsel, karena gradnya masih C.
Akan tetapi, rupanya kritikan membangun dari bakal calon Wakil Walikota Tangsel, Rahayu Saraswati Djohadikusma kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel ditanggapi kubu pendukung petahana yakni Benyamin Davnie secara panas.
Lantas, apakah kubu petahana dianggap anti kritik?
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah, Andi Syafrani menjelaskan, jika kritik merupakan hak siapapun. Terlebih kritik menyangkut kepentingan publik.
“Hak siapapun untuk menyampaikan kritik. Apalagi ini menyangkut kepentingan publik, tentang status RSUD,” terang Andi saat dikonfirmasi, Kamis (10/9).
Diketahui, calon Wakil Walikota Tangsel, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dan calon Wakil Walikota Tangsel, Ruhamaben juga ikut mengkritik RSU Tangsel yang tidak memenuhi standar menggelar tes kesehatan paslon di Pilkada Tangsel.
Anggota Dewan Pakar Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) ini, sektor publik menjadi sangat penting dikomentari oleh paslon. Karena, berhubungan dengan prestasi pelayanan kesehatan yang sudah dijalankan Pemkot Tangsel.
“Isu ini tentu akan sangat penting untuk dikomentari oleh paslon karena terkait pencapaian prestasi soal pelayanan kesehatan untuk warga dengan label kota,” ucapnya.
Saling kritik, kata Andi setidaknya akan menjadi isu awal untuk membangun posisi dihadapan pemilih.
“Di sinilah justru letak seni dalam menanggapi isu menjadi menarik. Setidaknya, ini akan jadi isu awal untuk saling membangun posisi isu di hadapan pemilih. Apalagi ini isu penting banget, soal layanan kesehatan publik,” ungkap Andi.
Mantan pengacara Pilpres Jokowi-Maruf Amin di Pilpres 2019 menyarankan sebagai kubu pendukung petahana tak perlu berlebihan alias kebakaran jenggot atas kritikan yang disampaikan paslon lain.
“Yang merasa penantang memang harus mengambil posisi seperti itu, sebaliknya petahana harus mampu menjawab dengan menyakinkan. Biarkan isu ini berkembang untuk jadi barometer penilaian publik terhadap visi dan misi paslon,” demikian Andi Syafrani. [ars]